Dear pembaca yang saya kagumi..bercerita sedikit, Kemarin adalah
hari yang mengharukan bagiku. Betapa tidak, pikiranku melayang kepada Wanita
yang sudah tak muda lagi. Dialah Ibuku.
Ketika itu handphone berdering, telpon dari ibuku. Ibu menelpon ingin curhat tentang kegelisahannya. Karena sedang banyak pekerjaan dan bertemu klien, saya bilang sama Ibu “bu, nanti lagi ya telpon saya..saya lagi ada klien. Nanti aku telpon balik”. Kemudian telpon itu ditutup dan aku lanjutkan perbincangan dengan klien.
Ketika itu handphone berdering, telpon dari ibuku. Ibu menelpon ingin curhat tentang kegelisahannya. Karena sedang banyak pekerjaan dan bertemu klien, saya bilang sama Ibu “bu, nanti lagi ya telpon saya..saya lagi ada klien. Nanti aku telpon balik”. Kemudian telpon itu ditutup dan aku lanjutkan perbincangan dengan klien.
Satu jam berlalu, aku telpon Ibu kembali. Katanya
beliau ada dirumah. Saya bergegas meluncur menuju rumah. Sesampainya di rumah,
saya bertanya pada ibu. “Tadi ibu mau curhat apa? sini aku dengerin
curhatnya bu”. Dia menjawab “Sudah nak, Ibu sudah membaik..mendengar
suara kamu di telpon tadi, sudah cukup
menghibur Ibu. Ibu bahagia melihat kamu banyak perkembangan”.
Dengan senyum yang tulus, Ibu hanya bilang “Terimakasih kamu
sudah perhatian sama Ibu, Ibu baik – baik aja nak”. Kata – kata itu memukul
hatiku, menampar keras pikiranku. Betapa tidak, aku tak sempat mendengar
curhatan Ibu karena lebih mementingkan pekerjaan padahal Ibu jauh lebih
penting.
Dengan enteng beliau tersenyum dan berkata “Terimakasih kamu sudah perhatian sama Ibu, Ibu baik – baik aja nak”. Padahal aku belum berbuat banyak! Ya Allah mulia sekali wanita yang sudah tak muda ini. Betapa tidak, ketika aku sulit, butuh curhat, aku sakit, Ibu selalu utamakan kepentinganku. Dia tinggalkan semua urusan untuk mengurus anak.
Sejak aku kecil aku sudah sangat merepotkan. Tanpa banyak
keluhan Ibu sangat menikmati mengurusku hingga tumbuh dewasa. Adilkah ketika
aku yang sudah mulai tumbuh, kemudian apa yang kulakukan tak sebanding dengan pengorbanannya?
Ketika Ibu butuh pertolongan, seringkali aku ucapkan “Bu, nanti lagi deh aku
lagi banyak kerjaan”. “Bu, nanti lagi deh aku lagi capek”.
Menetes deras air mataku ketika itu. Melihat senyum Ibu yang
tulus tanpa meminta banyak dariku. Sementara selama ini setiapku membutuhkannya dia selalu bisa. Ketika sekolah dulu, Ibu sering meminjam uang kesana
kemari demi ku, meskipun malu yang harus ditanggungnya. Sekarang ketika Ibu
tak punya uang, aku hanya memberi tak lebih banyak dari pengorbanannya. Aku sering memakainya untuk bisnis bahkan untuk hal – hal yang tak terlalu penting. Tapi ibu hanya bilang “Pakai saja uangmu nak, Ibu gak minta
apa – apa”. Aaah sungguh malu..aku tak sebaik Ibu.
“Ya Allah, ampunilah dosa – dosa Ibu, jadikanlah Dia wanita mulia yang kau berikan kebahagiaan, kehormatan di dunia dan mahkota di surga kelak”. Tangisanku semakin menjadi, betapa balasan ku kepada Ibu belum seberapa.
“Ya Allah, ampunilah dosa – dosa Ibu, jadikanlah Dia wanita mulia yang kau berikan kebahagiaan, kehormatan di dunia dan mahkota di surga kelak”. Tangisanku semakin menjadi, betapa balasan ku kepada Ibu belum seberapa.
Saat itu dengan isakan tangis yang dalam, ku peluk erat tubuh ibu dan
berkata “Ibu, izinkan tubuhku yang penuh dosa ini memeluk Ibu yang begitu besar
pengorbanannya untuk ku. Maafkan aku belum bisa membalas kebaikan Ibu. Akan ku perjuangkan hidup ini untuk menjadi sholeh agar kelak dosa ku tak memberatkanmu di hari akhir”.
Ini kisah ku dengan Ibu, semoga anda punya kisah yang romantis
dengan Ibu. Tak tertinggal untuk Ayah, mari kita do’akan semoga Ibu dan Ayah kita
menjadi orang yang paling bahagia di dunia juga akhirat. Dan kita sempat berbakti kepada mereka
sebelum Allah menjemputnya. Aamiin
-Fahmi Hakim-
Mengundang jadi pembicara hubungi > Fahmi
Baca tulisan lain disini > Article Archive
Ngobrol bareng saya disini > Twitter @me_fahmi
Aku jadi inget ibu. Terharu....ya ampun Ibu aku banyak salah sama Ibu... :(
BalasHapusDo'akan ibu nya ya mba lina, saya ikut kirim doa dari sini :)
Hapus